Penulis : Jhoni Antoni
Palembang | portaldesa.co.id – Suwarto, mantan narapidana terorisme (Napiter) yang sebelumnya terlibat dalam kelompok FIRQOAH ABU HAMZA (FAH) yang mendukung gerakan ISIS di Suriah, telah mengalami perubahan besar dalam hidupnya setelah menjalani hukuman penjara selama lima tahun.
Suwarto pernah aktif selama dua tahun di Suriah bersama kelompok tersebut, bahkan merencanakan keberangkatan bersama istri dan keenam anaknya yang masih kecil saat itu. Dia bahkan membuat paspor dan berniat menjual rumah dan tanah untuk membiayai perjalanan tersebut. Namun, tindakannya tersebut mengakibatkannya dihukum penjara.
Setelah menjalani hukuman penjara di beberapa rutan dan lapas, Suwarto akhirnya bebas pada tahun 2021 melalui proses pembebasan bersyarat dari Lapas Sentul Bogor. Saat diberitahu akan segera bebas pada April 2020, ia merasa senang karena dapat bersatu kembali dengan keluarganya, tetapi juga merasa cemas tentang bagaimana ia akan diterima oleh masyarakat. “Apakah saya akan diterima oleh masyarakat atau tidak?”
Meskipun Suwarto menghadapi tantangan reintegrasi dengan masyarakat setelah bebas, ia merasa tidak ada masalah dalam hubungannya dengan masyarakat meski ia memiliki status eks-narapidana terorisme. Baginya, masa lalu adalah masa lalu, dan ia berharap dapat memulai hidup baru dengan tabula rasa.
Proses reintegrasi Suwarto dengan masyarakat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terjadi saat ia menerima sosialisasi di dalam rutan dan lapas dari berbagai aparat seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan kepolisian. Meskipun ia merasa ragu untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan warga sekitar karena takut dijauhi, ia mengatakan bahwa hubungannya dengan masyarakat tidak ada masalah.
Sementara itu, faktor internal berasal dari diri Suwarto sendiri. Hal ini tidak terlepas dari upaya aparat seperti BNPT dan kepolisian yang terus memberikan perhatian dan membantu memanusiakan dirinya serta keluarganya, bahkan ketika ia masih menjalani hukuman di lapas. Suwarto mengungkapkan terkejutnya bahwa orang yang dulunya ia musuhi justru menjadi temannya yang membantu ketika ia menghadapi kesulitan.
Suwarto berharap pemerintah daerah dapat memberikan perhatian lebih terhadap eks-narapidana terorisme, seperti yang telah dilakukan oleh Polda Sumsel dan FKPT Sumsel. Menurutnya, pembinaan ideologi sangat penting, tetapi jika tidak disertai dengan bantuan dalam pengembangan usaha, proses deradikalisasi dapat tidak maksimal. Suwarto juga menyadari bahaya paham radikal tersebut dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Ia menekankan pentingnya semangat beragama.
Kini Suwarto telah kembali kemasyarakat dan sibuk menjalani aktivitas sebagai wirausaha keripik dan jajanan bersama anak dan istrinya serta ikut menyebarkan paham Islam AHLUSSUNAH WAL JAMAAH melalui yayasan pelita bersatu Indonesia(YPBI) bersama mantan Kombatan lain. Di YPBI, Suwarto berperan sebagai Hubungan Masyarakat (Humas) untuk berkomunikasi diluar yayasan
Dirinya ingin mengembalikan pemahaman Napiter tentang Islam sesuai Sunnah nabi dan Sunnah Khulafaur Rasyidin. Ia juga mengajak mereka para Kombatan maupun Napiter meninggalkan JAD dan paham radikal teroris lainnya.