Jakarta | portaldesa.co.id – Kemesraan antara Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dan Menteri BUMN, Erick Thohir, semakin terlihat saat keduanya menemani Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerja di Malang. Namun, ada beberapa implikasi politik yang perlu diperhatikan terkait situasi ini, Selasa (25/7/2023).
Duet Prabowo-Erick Thohir menjadi topik yang agak pelik secara politik. Hal ini karena kemungkinan Erick Thohir menjadi wakil Prabowo dapat membuat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meradang dan berpotensi keluar dari koalisi Gerindra-PKB, yang juga dikenal sebagai Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menyatakan bahwa PKB kemungkinan akan tetap mendorong Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, sebagai calon presiden atau calon wakil presiden. Jika PKB meninggalkan KKIR, maka Gerindra harus mencari partai lain untuk memenuhi ambang batas pencalonan presiden.
Namun, Adi Prayitno juga menyarankan bahwa PKB mungkin akan tetap berada dalam koalisi ini dengan syarat bahwa duet Prabowo-Erick harus bisa meredakan ketegangan di dalam PKB. Hal ini menunjukkan bahwa PKB menyadari pentingnya peran mereka dalam mencapai ambang batas 20 persen untuk pencalonan presiden, sehingga Gerindra tidak dapat mencalonkan Prabowo secara sendiri.
Adi juga menganggap Harlah (Hari Ulang Tahun) PKB yang meriah di Solo kemarin sebagai ajang untuk menunjukkan kekuatan politik PKB. PKB merupakan partai besar yang dapat mengkonsolidasi kekuatan politik Islam, khususnya di kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Menyinggung tentang senyum Jokowi saat ditanya tentang duet Prabowo dan Erick Thohir, Adi Prayitno mencatat bahwa ada dua kemungkinan makna dari senyum tersebut. Pertama, senyum Jokowi dapat dimaknai sebagai restu terhadap duet Prabowo-Erick. Isu tentang duet Prabowo-Erick yang selalu dikaitkan dengan istana telah menjadi rahasia umum. Kedua, senyum tersebut mungkin hanya merupakan senyum biasa yang tidak memiliki kaitan dengan dukungan pemilu 2024. Sehingga, belum jelas apakah senyum tersebut mengandung arti politik mendalam atau hanya sebagai respons ringan atas pertanyaan tersebut.
Tetapi meskipun demikian, Adi Prayitno menyatakan bahwa duet Prabowo-Erick Thohir memiliki potensi yang menjanjikan secara kuantitatif. Keduanya dianggap cocok berpasangan dalam konteks politik saat ini. Namun, Adi menekankan bahwa situasi politik selalu berubah, dan sulit untuk memprediksi bagaimana hal ini akan berkembang di masa depan.
Dengan demikian, kemesraan antara Prabowo Subianto dan Erick Thohir dalam kunjungan kerja dengan Presiden Jokowi di Malang menimbulkan berbagai pertimbangan politik. Duet Prabowo-Erick Thohir dapat menjadi dinamis dan menjanjikan secara kuantitatif, namun juga menyimpan tantangan dalam koalisi politik, terutama dengan potensi keluarnya PKB dari koalisi tersebut. Politik Indonesia terus berkembang, dan situasi ini akan menjadi salah satu cerita menarik yang perlu diikuti dalam perjalanan menuju Pemilu 2024. (In)