Semarang | portaldesa.co.id – Warga Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) mengeluhkan suhu udara yang terasa lebih panas dalam dua hari terakhir.
Beberapa warga pun bertanya-tanya apakah kondisi panas ini dipengaruhi oleh letusan Gunung Merapi yang mengakibatkan debu vulkanik terbawa angin hingga berbagai daerah.
Namun, menurut forecast atau Prakirawan Cuaca Badan Metrologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ahmad Yani Semarang, Winda Ratri, fenomena letusan Gunung Merapi tidak berpengaruh secara langsung terhadap suhu di Kota Semarang atau daerah lain di Jateng.
“Udara terasa panas lebih dikarenakan minimnya tutupan awan, ” Ujar Winda di kutip dari Solopos.com, Minggu (12/03/2023)
Winda menjelaskan bahwa panas itu dikarenakan pertumbuhan awan di Jateng hari ini memang tidak merata, terutama pada jam siang hingga sore hari, dan mayoritas terjadi di Kota Semarang bagian utara.
” Faktor geografis juga mempengaruhi, di mana daerah yang banyak pohon suhunya berbeda dengan daerah yang minim tutupan pohon, ” tuturnya.
BMKG Ahmad Yani Semarang juga menyebut bahwa daerah yang terpantau memiliki pertumbuhan awan mayoritas berada di sekitar pegunungan, seperti di Kendal bagian atas yang berbatasan dengan Temanggung dan Pekalongan atau Pemalang Selatan yang berbatasan dengan Banjarnegara.
Sementara itu, mengenai daerah lain yang terasa lebih panas, Winda menyebutkan bahwa itu disebabkan oleh efek pergantian musim. Meskipun suhu udara sebenarnya masih normal, yaitu 30-32 derajat, warga merasa panas atau gerah karena terbiasa dengan hujan beberapa waktu lalu dan sekarang jarang hujan.
Sehingga, kesimpulannya, suhu udara yang terasa lebih panas di Kota Semarang dalam dua hari terakhir tidak disebabkan oleh letusan Gunung Merapi, tetapi lebih dikarenakan minimnya tutupan awan dan faktor geografis. Daerah lain yang terasa lebih panas disebabkan oleh efek pergantian musim jelasnya. (EDH)