Jakarta | portaldesa.co.id – Lebih dari dua pertiga warga Australia mengaku pernah mengalami pelecehan, penelantaran, atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) saat mereka masih anak-anak, menurut hasil penelitian selama lima tahun yang dipimpin oleh Profesor Ben Mathews dari Queensland University of Technology. Studi tersebut melibatkan 8.503 responden berusia 16 tahun atau lebih, Senin (3/4/2023).
Menurut Profesor Mathews, orang yang mengalami penganiayaan saat masih anak-anak lebih mungkin mengalami masalah kesehatan yang lebih buruk sepanjang hidup mereka. Studi ini menemukan bahwa 62 persen responden mengaku mengalami pelecehan di masa kanak-kanak. Bentuk-bentuk pelecehan yang disebutkan meliputi pelecehan seksual, fisik, emosional, penelantaran, dan terpapar KDRT.
Solusi untuk masalah ini, menurut tim peneliti, harus berfokus pada pencegahan kekerasan terhadap anak dan perombakan kebijakan sosial dan kesehatan, terutama yang berdampak pada anak-anak. Anak perempuan jauh lebih mungkin mengalami pelecehan dibandingkan anak laki-laki, terutama pelecehan dan penelantaran seksual.
Studi ini juga menemukan bahwa orang yang mengalami pelecehan di masa kanak-kanak jauh lebih mungkin memiliki kesehatan yang lebih buruk sepanjang hidup mereka dan berpeluang lebih besar mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan kecemasan, dan penggunaan alkohol secara akut. Mereka juga lebih cenderung mengalami obesitas atau merokok dan enam kali lebih mungkin bergantung pada ganja.
Untuk mengurangi kejahatan terhadap anak, diperlukan kepemimpinan nasional yang fokus dalam isu ini. Anne Hollonds, Komisioner Anak Nasional, menyarankan perlu ada kementerian untuk anak-anak, strategi nasional atau satuan tugas nasional untuk memiliki fokus menyeluruh pada kesejahteraan anak. Peneliti utama dalam studi ini, Profesor Ben Mathews, mendorong pemerintah Australia untuk memberikan dukungan lebih besar untuk orang tua, termasuk peningkatan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan, dukungan perumahan, akses ke pengasuhan anak, dan dukungan pendapatan.
Fokus pada pencegahan merupakan kunci solusinya. “Kita perlu melihat bagaimana untuk mencapai solusi sebelum efek jangka panjangnya mempengaruhi orang-orang,” kata Craig, salah seorang korban KDRT yang sekarang berusia 50-an. Craig mengaku menderita PTSD, tetapi sekarang ia mempelajari PTSD melalui dunia akademis maupun seni. Melalui studinya ia menemukan peran dari hewan peliharaan dalam pemulihan seseorang.(Rz)