Banten | portaldesa.co.id – Andhy Yuliandi memamerkan gelas berisi es saat detikcom berkunjung ke pusat oleh-oleh di Jalan RT Hardiwinangun, Rangkasbitung, Banten. Dia menambahkan sirup ke gelas segera setelah dia duduk dan berkata, “Ini semua organik, Pak.”
Sirup yang disajikan adalah sirup kurma, salah satu produk UMKM Aren Kula Nusantara. Usaha tersebut telah beroperasi sejak tahun 2017 di Kabupaten Lebak, Banten. Produk sirup aren ini berhasil meraih Anugerah Pesona Indonesia (Indonesia Charm Award) tahun 2019 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk kategori minuman tradisional populer, Senin (15/5/2023).
โSirap ini sudah mendapatkan penghargaan ketiga di Indonesia dari Kemenparekraf, dan bupati yang menyerahkannya,โ kata Andhy kepada detikcom di Rangkasbitung, Minggu, 14 Mei 2023.
Andhy telah mengubah sirup kurma organik ini menjadi beberapa produk turunan. Ada coklat gula aren, kopi gula aren, jahe merah gula aren, sirup palm lemon, palm jahe lemon, dan kripik pisang palm. Dia memastikan bahwa tidak ada bahan pengawet yang ditambahkan ke produknya.
Untuk memproduksi sirup sawit organik, ia menggandeng 25 petani dari Kabupaten Malingping dan Cijaku, termasuk tiga petani dari hutan Baduy. Para petani ini menjadi pemasok bahan bakunya di fasilitas produksi miliknya di Rangkasbitung.
Proses sertifikasi organik juga tidak bisa dianggap enteng. Petani mitranya telah lulus survei yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi organik, Seloliman (LeSOS). UMKM Aren Kula Nusantara telah dinyatakan sebagai produk yang konsisten memenuhi standar SNI 6729:2016 Sistem Pertanian Organik.
โPemeriksaan dilakukan pada setiap pohon sawit, memeriksa apakah ada jarak tertentu dari tanaman lain, seperti ladang jagung. Jika mereka menggunakan pupuk urea di ladangnya, sertifikasi organik akan gagal. Dari 96 petani yang saya ajukan, 25 lulus sertifikasi,โ jelasnya.
Menurut Andhy, aneka produk berbahan dasar sawit di Lebak lebih unggul dibanding di Jawa Barat. Apalagi potensinya masih besar karena ada 11.000 petani sawit. Selain itu, banyak pohon palem tetap tidak terkontaminasi oleh pupuk kimia.
Andhy melihat potensi ini sebagai peluang. Ia mengembangkannya melalui pelatihan di Gedung Badan Usaha Milik Negara BRI di Serang, serta kerjasama dengan pelaku UMKM dan ekonomi kreatif lainnya. Itu sebabnya ada kelompok Ekonomi Kreatif Lebak (Leekraf) di Rangkasbitung yang menjadi akar rumput gerakan UMKM.
โSaya menghubungkan produk sawit dengan pariwisata. Misalnya, ketika ada yang berkunjung ke sini, saya jelaskan kepada mereka bahwa sawit adalah bagian dari kearifan lokal yang ditemukan di asal-usulnya,โ kata lulusan akademi pariwisata itu.
Ke depan, Andhy sendiri berharap UMKM dan pariwisata di Lebak bisa menandingi model ekonomi kreatif di daerah seperti Yogyakarta. Ia percaya bahwa Lebak memiliki potensi tidak hanya di Baduy tetapi juga batik, lontar, dan aspek lainnya.
โDi daerah kita (Lebak), di Pandeglang, Banten, UMKM belum begitu berkembang. Lihat di Yogyakarta atau pengusaha muda di Pekalongan, kita tertinggal,โ tambahnya.
Meski mungkin tidak sebesar produk ekonomi kreatif di daerah lain, namun kerja kerasnya membuahkan hasil. Omzet Aren Kula Nusantara di tokonya bisa mencapai Rp 300-500 ribu per hari. Belum lagi penjualan online yang bisa menghasilkan hingga Rp 15 juta per bulan.
“Di toko lebih besar.(Rz)